TENTANG AKU

My photo
Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Monday 18 February 2019

NAMAKU SHANTI


"Hey,  namaku Shanti!"
"Mau ke Bandung, Mas?"
"Panas ya Cikampek, ....?"

Irwan masih termenung sendirian di kamar kost-nya. Sapaan yang mengagetkan itu masih terngiang di telinganya. Pikirannya masih melayang teringat peristiwa pertemuannya sekitar seminggu yang lalu dengan Shanti di elf jurusan Cikampek-Bandung. Senyum manis Shanti dan lembut telapak tangannya saat bersalaman masih terasa dan terus mengganggunya.

 "Mas, kuliah ya di Bandung?" tanya Shanti lagi.
"Ah enggak, aku turun di pasar jum'at kok. Aku gak ke Bandung" jawab Irwan sedikit grogi.
"Tinggal di Purwakarta, Mas?" selidik Shanti.
"Iya. Eh hampir lupa, .perkenalkan, aku Irwan" sambungnya memberanikan diri sambil mengulurkan tangan.
"Maaf mbak dari mana dan mau kemana?" tanya Irwan sambil merapihkan posisi duduknya.
"Aku mau pulang ke Bandung, Mas. Habis main dari rumah teman di Cikampek" jelas Shanti.
Hari itu mobil elf yang mereka tumpangi sudah hampir penuh penumpang, tapi seperti biasa supir masih belum mau tancap gas sebelum semua bangku terisi. Tidak peduli dengan para penumpang yang sudah sejak tadi ngomel-ngomel kepanasan. Setoran lebih penting daripada kenyamanan.  Sebuah fenomena yang sudah biasa kita temui di jalanan. Baru setelah seorang bapak masuk dan mengisi sisa bangku yang kosong, tak lama kemudian elf pun perlahan meninggalkan terminal Cikampek.

Perkenalan Shanti dan Irwan terjadi saat keduanya menunggu elf di terminal Cikampek. Suhu udara yang cukup gerah tak berpengaruh bagi mereka. Walaupun Shanti berucap suhu udara cukup panas, tapi sebenarnya dia merasakan ada hembusan hawa sejuk ketika berkenalan dengan Irwan, lelaki yang duduk di sampingnya. Begitupun Irwan, detak jantungnya cukup kencang begitu tangannya bersalaman dengan Shanti, gadis manis yang baru saja dikenalnya. Obrolan mereka terus berlangsung semakin asyik sepanjang jalur Cikampek - Purwakarta. Baru setelah elf memasuki wilayah Koncara - pasar jum'at, obrolan mereka pun terpaksa terputus. Irwan sudah sampai ke tempat tujuan dan ia pun harus turun. Serasa berat benar dia melangkahkan kakinya turun  ke luar elf. Andai saja dari awal dia tidak bilang mau turun di pasar jum'at mungkin dia memilih untuk turun di Bandung biar bisa terus ngobrol berdampingan dengan Shanti. Tapi apa mau dikata dia sudah membayar ongkos dan kernet pun sudah meminta supir menghentikan mobilnya persis di pengkolan pasar jum'at.

"Mas Irwan," tiba-tiba Shanti memanggilnya sambil memberikan secarik kertas kepada Irwan.
"Mas, ini alamat aku, kalo ada waktu main ya ke Bandung!" ujar Shanti sambil tersenyum manja.
"Iya deh kapan-kapan, terimakasih ya" Irwan menerima kertas itu dan dengan malas melangkah keluar.

Mobil elf pun melaju melanjutkan perjalanan. Shanti masih sempat melambaikan tangannya lewat jendela kaca dekat tempat duduknya. Sejak saat itu Irwan seperti orang linglung. Pikirannya terus dibayangi wajah cantik gadis Bandung, Shanti. Beberapa hari suara Shanti terus terngiang di telinganya. Sampai suatu hari dia baru menyadari ketololannya. Secarik kertas yang diberikan Shanti waktu di elf itu hilang entah ke mana. Hampir seharian dia mencari tapi tidak juga ketemu. Semua laci, lemari, celana, baju dan tas pun dia bongkar tapi tetap nihil. Kesalahan besarnya, dia lupa untuk segera menyalinnya ke daftar kontak di hp-nya. Padahal kertas itu sering dia baca dan tertulis jelas tertera nama, nomer telepon dan alamatnya. Baru setelah tiga hari kemudian dia menemukan secarik kertas itu dalam keadaan hancur. Dia menemukannya dari dalam kantong baju yang beberapa hari sebelumnya dia cuci. Lemas sudah Irwan melihat kertas itu yang sudah menjadi sobekan-sobekan kecil dan tulisannya sudah rusak. Berkali-kali dia mencoba menyusunnya tapi sia-sia. Serpihan yang lainnya entah ke mana.

"Sialan, ... sialan!,..." Cuma itu yang terdengar berkali-kali dari mulutnya. Sampai akhirnya dia tertidur karena kepalanya pusing dan kecapaian.***

No comments:

Post a Comment