TENTANG AKU

My photo
Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Sunday 6 January 2019

YES OR NO?

Kata Yes or No itu ternyata memiliki makna yang unik. Walapun tampaknya begitu simpel untuk menulis atau mengucapkannya, tapi dalam situasi tertentu kata tersebut sangat penting bagi pengucapnya. Bahkan bisa menghilangkan rasa haus dan lapar. Ah, masa sih? Inilah ceritanya, ...
Sebenarnya ini adalah pengalaman pribadiku dalam suatu rute penerbangan pulang dari Dubai menuju Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.

Dubai airport memang salah satu bandara internasional yang relatif besar dan selalu padat dengan jalur penerbangan. Di bandara ini banyak kita temui para pahlawan devisa baik yang sekedar transit ataupun baru tiba dari tanah air. Mayoritas dari mereka adalah para wanita yang berstatus TKW (Tenaga Kerja Wanita). Bagiku hal seperti ini bukanlah pemandangan baru. Setiap transit via Dubai aku selalu menyaksikannya. Begitu pula di dalam pesawat. Mereka itu rombongan TKW yang mau pulang ke kampung halaman baik karena habis kontrak, izin pulang lebih awal atau malah melarikan diri dari majikannya. Tak jarang aku jumpai TKW yang pulang dalam keadaan stress berat, konon akibat kekerasan fisik dan mental sang majikan.
Di pesawat yang akan membawaku ke Jakarta, aku duduk di pinggir jendela. Sementara tempat duduk yang di tengah dan di pinggir lorong masih kosong. Tak lama kemudian kursi-kursi tersebut diisi oleh 2 wanita yang tak lain rombongan para TKW tadi.
"Mau pulang ke indo juga ya mbak?" tanyaku membuka pembicaraan.
"Iya mas. Kalau mas mau ke indo juga?" tanya wanita yang duduk di sebelahku.
"Iyah. Memangnya habis kerja di mana mbak?" 
"Biasa mas. Kami semua TKW. Ada yang kerja di Oman, Arab Saudi, Abudabi, Dubai, ... ya pokoknya kerja di sekitaran negara sini lah"
"Oh. Sudah berapa lama kerjanya mbak?"
"Kalau kontraknya sih rata-rata 2 sampai 4 tahun, tapi gak semuanya selesai kontrak mas."
"Maksudnya?"
tanyaku penasaran.
"Iya tergantung suasana kerjanya mas, kan tidak sedikit yang mengalami tindak kekerasan baik fisik maupun mental. Malahan banyak juga tindakan asusila yang dilakukan para majikan."
"Hmmm..."
aku hanya bergumam sambil mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan salah seorang dari rombongan TKW itu.
"Oh iya, maaf nama mbak siapa ya? Kalau aku, Ade. Asalku dari Purwakarta" aku berusaha memperkenalkan diri. Maklumlah perjalanan dari Dubai menuju Jakarta memakan waktu sekitar 8 jam lebih dengan jarak tempuh 5506 Km. Makanya daripada bengong gak keruan mendingan sharing pengalaman sama si mbak-mbak yang duduk satu baris denganku.
"Lilis, mas. Asli Cianjur." kata si mbak yang di sebelahku menyebutkan namanya.
"Euleuh geuning urang sunda teteh teh,.."
"Kalau aku mah Sarneti asal Indramayu, mas."
kata yang sebelahnya lagi.
"Oalah, jadi yang satu orang sunda dan satunya lagi orang jawa, toh?" aku berseloroh sambil menjabat tangan mereka.
Obrolan kamipun jadi bertambah seru. Banyak cerita lucu dan haru dari mereka selama merantau sebagai TKW. Kami saling share pengalaman. Walaupun berbeda tempat dan profesi, namun hakekatnya sih sama saja. Aku dan mereka sama-sama bekerja melayani orang lain. Sebagai kuli yang mengadu nasib di negeri orang demi keluarga.
Saking asyiknya ngobrol ke sana ke mari tak terasa perut mulai lapar. Untungnya tak lama kemudian dari lajur depan terlihat Pramugari tengah mendorong troli makanan. Makan malam sudah siap dihidangkan.
"Teh Lilis tos lapar nya? Mau makan apa, daging ayam atau sapi?" aku iseng bertanya pakai bahasa campursari (bahasa Indonesia tapi kadang-kadang diselipkan bahasa sunda). 
"Duka atuh kang. Sok bingung gak bisa cas cis cus na" jawab Lilis yang memanggilku 'akang' (dalam bahasa sunda artinya 'mas').
"Cas cis cus kumaha kitu teteh? Orang tinggal bilang 'yes' atau 'no' saja juga beres" kataku sambil tertawa kecil. 
"Iya aku juga sama. Lapar sih lapar tapi suka gak ngerti ngomongnya mas" Sarneti membernarkan kata-kata teh Lilis.
"Ya sudah nanti aku ajarkan bagaimana menjawabnya kalau ditawari makanan sama pramugari itu. Cukup yes atau no saja dia akan mengerti" 
"Ah masa sih kang?" mereka berdua seolah tidak percaya.
Tak lama berselang troli pramugari sudah menghampiri. Seperti biasa sebelum ditawari makanan, meja kecil di depanku yang terlipat di belakang kursipun sudah terbuka. Sama halnya meja makan milik teh Lilis dan mbak Sarneti.
Karena aku duduk di pinggir jendela, maka mendapat tawaran pertama dari pramugari itu.
"What do you like for dinner, Sir? chicken or beef?" tanya pramugari itu kepadaku.
"Chicken, please!" jawabku.
"And what kind of drink do you like, Sir?"
"Orange juice, please!"
"Here you are, Sir. Bon appetit!"
"Thankyou very much"
jawabku sambil tersenyum.
"Halo, mom. What do you like for dinner?" Giliran teh Lilis yang ditanya oleh pramugari.
"Yes." jawabnya singkat sedikit ragu.
"Chiken or beef, mom?"
Teh Lilis gak langsung menjawab. Dia melirik ke arahku seolah minta tolong untuk membantu menjawabnya. Aku yang sudah siap-siap mau makan cuma memberikan isyarat dengan mengarahkan telunjukku ke daging ayam yang ada di mejaku.
Melihat isyarat ini rupanya pramugari yang dari tadi menunggu jawaban dari teh Lilis langsung tanggap dan bertanya "So, Chicken for you, mom?"
"Yes, yes!" teh Lilis cepat menjawab.
"And what about drink for you, mom?"
Karena gak mau ambil pusing, tanpa pikir panjang teh Lilis langsung menunjuk gelas berisi orange juice yang ada di mejaku.
"Ok. Orange juice for you, mom"
Sementara itu di sebelah teh Lilis, mbak Sarneti tampak tegang menunggu giliran. Mungkin dia lagi mempersiapkan jawaban yes atau no, ...hehe.
Tiba-tiba pramugari langsung memberikan menu chicken kepada mbak Sarneti. 
"Alright, is it same for you chicken too, mom?" 
"Yes, yes" jawab mbak Sarneti sambil membetulkan posisi meja makannya.
Aku gak tahu entah kenapa pramugari itu bisa begitu. Bisa jadi karena dia tidak mau berlama-lama harus tanya-jawab dulu atau mungkin dia merasa sudah bisa menebak selera penumpangnya tersebut. Buktinya mbak Sarneti memang mau dengan menu chicken.
"And what kind of drink do you like, mom?" tanya pramugari lagi.
"No, no, no!" tiba-tiba mbak Sarneti berkata begitu sambil telunjuknya diarahkan ke gelas berisi orange juice milik teh Lilis. Rupanya mba Sarneti tidak suka mimum orange juice saat makan. Dia terbiasa minum air putih saja. Tapi masalahnya tidak berhenti di situ. Dia bingung harus bilang apa sama pramugari. Dia tida tahu apa bahasa inggrisnya air putih atau air mineral. Beruntung dia melihat botol air mineral di troli pramugari. Dan tanpa pikir panjang dia langsung menunjuknya, "Yes!" kata mba Sarneti seolah-olah dia sudah menemukan kata yang tepat.
Aku yang dari tadi secara diam-diam memperhatikan mereka hanya tersenyum dalam hati. Ada rasa kasihan, lucu, mau tertawa dan sedih juga. Tak bisa kubayangkan hanya karena tidak mengerti dengan bahasa inggris ataupun malu, sehingga banyak diantara TKW yang terpaksa menahan lapar dan haus selama penerbangan 8 jam lebih. Padahal itu semua sudah termasuk fasilitas bagi seluruh penumpang. Miris memang. Tapi ya sudahlah. Itulah yang sampai saat ini masih sering kita temui di lapangan. Dan untuk berbicara tentang hal ini tentunya banyak faktor penyebabnya. Mungkin di lain waktu bisa kita ceritakan bersama.
Setelah dinner time berlalu, kami bertigapun melanjutkan obrolan yang terputus makan malam tadi. Suasana jadi semakin akrab. Kami melupakan sejenak semua beban kerjaan yang biasanya bertumpuk menguras tenaga, waktu dan pikiran. Kami tertawa dan bergurau bersama. Sampai tak terasa mata mulai berat menahan kantuk. Lelah, yang kemudian mengantarkan kami ke alam mimpi.
Dan akhirnya aku terbangunkan oleh suara anouncement bahwa pesawat akan segera landing di bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Rupanya nyenyak sekali tidurku semalam. Kulihat teman duduk di sebelahku sudah berkemas dengan barang bawaannya. Teh Lilis dan mbak Sarneti sudah berdiri dalam antrian. Lewat jendela kulihat tangga pesawat mulai dioperasikan. Waktu menunjukan 16.30 WIB. Satu persatu para penumpang berjalan keluar. Aku yang dari tadi masih duduk mulai beranjak menyusul di belakang mereka yang sudah meninggalkan bangku-bangku kosong.
Alhamdulillah ya Allah
perjalananku selamat sampai tujuan. Aku menarik napas panjang. Lega. Serasa plong dari kepenatan yang selama beberapa bulan kurasakan di tempat kerja. Satu hal istimewa yang kubawa dalam liburan kali ini, yaitu kenangan makan malam yang cukup seru bersama teh Lilis dan mba Sarneti. Walaupun aku tidak sempet menanyakan kesan-kesan mereka yang sudah bisa berbahasa inggris meski baru fasih mengucapkan yes dan no saja.

No comments:

Post a Comment