Sore itu langit bak menangis tak henti-hentinya. Air hujan bagaikan tumpah dari langit begitu saja.
Sesekali kilatan petir terpantul lewat jendela kaca kamarku. Sambil berselimutkan sarung, pandanganku menerobos keluar. Menembus derasnya hujan.
Anganku. Ya, anganku menemuimu di seberang sana. Di sebuah rumah berpagar bambu. Kuyakin kaupun menunggu kehadiranku walau dalam angan. Tak peduli hujan badai sekalipun. Aku dan kau tak kuasa menahan rindu.
Oh dinda lestariku, apakah kau baik-baik di sana? Getar hati ini tak mungkin kubohongi. Ada cinta yang tumbuh begitu dasyat. Mekar tersiram derasnya air hujan. Bertahan dari terpaan angin yang beranjak menuju temaram.