TENTANG AKU

My photo
Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Monday 5 November 2018

CURHAT SEORANG DRIVER OJOL

Salam Satu Aspal.
Perkenalkan nama saya Edi. Saya lahir dan besar di Purwakarta, Jawa Barat. Usia saya 42 tahun, dan profesi saya saat ini sebagai driver Ojol (Ojek On Line). Saya driver Gojek.

Saya menjalani profesi sebagai driver ojol sudah sekitar setahun yang lalu sejak pendaftaran ojek berbasis online dibuka di Purwakarta. Pada waktu itu, diangkatan pertama mitra (driver) gojek yang daftar cuma sekitar 300 orang. Namun jumlah itu terus bertambah. Setelah setahun beroperasi sekarang membengkak menjadi 1500 orang lebih.

Berprofesi sebagai ojol adalah merupakan mata pencaharian baru bagi saya. Sebelumnya saya bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik garmen bagian engineering (mesin). Tapi karena kondisi perekonomian nasional sedang lesu, maka pabrik garment tempat saya bekerja pun terkena imbasnya sampai akhirnya bangkrut dan saya terpaksa dirumahkan oleh pihak manajemen pabrik.


Bagi saya menjadi seorang ojol itu adalah pengalaman hidup yang sungguh luar biasa. Dari beberapa tempat pekerjaan yang pernah saya alami (pabrik sepatu, pabrik garmen, pelayan restoran bahkan sayapun pernah bekerja di sebuah hotel berbintang sebagai roomboy), tapi bekerja sebagai driver ojol sangat berbeda baik lingkungan kita berinteraksi sehari-hari ataupun jenis bidang usaha yang kita layani. Saya banyak belajar tidak saja tentang bekerja dan bertanggung jawab kepada manajemen, tapi juga banyak belajar tentang arti sebuah kebersamaan, persatuan, solidaritas, disiplin dan kekeluargaan yang semua ini tidak pernah saya temukan di tempat saya bekerja sebelumnya.

Sebagai driver ojol saya juga bergaul di dalam sebuah komunitas yang kebetulan saya gabung dengan komunitas Gobers (Gojek Bersatu) yang di dalamnya beranggotakan driver ojol dari multi profesi; ada yang berlatar belakang pedagang, tukang bangunan, buruh pabrik, OB (Office Boy), pegawai kantor, guru, dosen, mahasiswa, ibu rumah tangga atau mereka yang berasal dari Opang (Ojek Pangkalan) dan gabung masuk sbagai driver ojek online.

Jadi bagi saya secara pribadi, driver ojol itu adalah suatu profesi yang cukup unik karena di dalamnya berisikan orang-orang dari multi profesi. Dan ini sungguh menarik karena begitu mereka beratribut driver online, maka mereka bernaung dalam satu wadah yang sama dan melupakan latar belakang profesi formal masing-masing. Semuanya sepakat untuk mengais rejeki di jalanan sebagai tukang ojek online. Uang recehan ataupun lembaran bukanlah pembeda dalam memberikan pelayanan kepada penumpang karena misi kami untuk memberikan yang terbaik dalam satu aspal.

Hidup di jalanan ternyata tidaklah mudah. Banyak resiko dan menguji kesabaran. Namun di sisi lain juga mengasikan. Belum pernah terpikirkan sebelumnya bahwa di jalanan itu ternyata ada rule tidak tertulis yang merupakan aturan main dan mesti disepakati oleh siapapun yang mengais rejeki di jalanan. Di dunia per-ojol-an kami mengenal ada zona hijau, zona merah dan zona hitam yang semua itu harus diketahui oleh para driver online. Memang hampir di semua kota atau daerah yang terdapat aplikasi driver online, sering kita dengar dan saksikan baik di televisi maupun media sosial tindakan kerusuhan ataupun gesekan bahkan banyak juga yang menimbulkan korban jiwa baik dari pihak driver ojol maupun opang. Fase seperti itu tampaknya harus dilalui di setiap daerah karena mereka yang mencari nafkah dari angkutan konvensional, dalam hal ini opang (ojek pangkalan) tidak serta-merta bisa menerima keberadaan transportasi berbasis online begitu saja. Yang membedakan antara satu daerah dengan yang lainnya adalah jumlah korban jatuh dari masing-masing pihak. Dan alhamdulillah di wilayah Purwakarta mudah-mudahan fase tersebut dapat kita lalui tanpa menimbulkan korban jiwa atau gesekan yang berarti. Dan tentunya peran komunitas online sangatlah berpengaruh untuk bisa mengarahkan dan meredam di saat situasi di lapangan kurang kondusif. Di wilayah Purwakarta pun saat ini masih ada beberapa wilayah yang belum sepenuhnya kodusif (zona merah) bagi driver ojol, walaupun jumlahnya sudah semakin berkurang. 

Meskipun saya baru sekitar setahun sebagai driver ojol, sebenarnya ada banyak cerita yang ingin saya paparkan baik suka maupun duka. Tapi mungkin tidak semuanya mengingat terlalu panjang untuk di share di sini.

Pernah suatu ketika saya mengantarkan gofood ke sebuah area perumahan di daerah Citalang. Kebetulan cuaca malam itu hujan cukup deras. Saya muter-muter mencari titik lokasi mengikuti arah GPS tapi gak ketemu juga, maklumlah GPS di wilayah Purwakarta masih banyak yang tidak akurat. Setelah melalui perjuangan di tengah derasnya hujan akhirnya rumah Customer-pun berhasil diketemukan juga. Hanya demi uang ongkos yang tidak seberapa tapi ada kepuasan tersendiri bahwa kita telah bisa membantu orang lain (pelanggan) yang membutuhkan makanan tapi malas untuk keluar rumah apalagi cuaca hujan. Walau kadang usaha seorang ojol juga tak selalu berbuah manis tapi sebaliknya. Coba saja kita bayangkan bahwa masih ada saja (meskipun tidak banyak jumlahnya) Customer yang tidak bertanggung jawab dengan membuat order piktif (palsu). Sudah harus lama menunggu antrean di resto karena ramai dengan para pembeli yang lain, terus si driver harus keluar modal untuk beli makanan/barang tersebut, mencari alamatnya yang tidak sesuai dengan titik kordinat pemesan, malahan ada juga yang diberi alamat palsu atau tak jarang dimarahin customer karena telat antar. Sedih dan amarah itu kadang sudah tak terhitung lagi.

Begitupun dengan pengalaman nganter Goride (antar penumpang). Kadang ada yang gak sabaran pengen cepet-cepet sampai tujuan, ada yang seharusnya pesan gojek itu hanya untuk 1 orang saja tapi ternyata mereka juga membawa 2 anak sehingga cukup merepotan. Dan ada juga penumpang yang marah-marah karena drivernya telat menjemputnya.

Tetapi gak sedikit juga penumpang yang sangat enak untuk diajak berkomunikasi meski cuma sebatas dalam perjalanan.... mereka rata-rata memberikan feedback yang positif tentang manfaat adanya angkutan online di wilayah Purwakarta. Saya sering antar Goride para karyawati swalayan yang pulang kerja shift malam jam 22.00 WIB sedangkan mereka tinggal di kompleks perumahan yang tidak dilalui kendaraan angkutan umum (angkot), dan mayoritas dari mereka sangat senang dan mendukung adanya angkutan yang berbasis online ini karena memang sangat terasa sekali manfaatnya. Selain ongkosnya relatif murah, nyaman dan aman.

Oh iya,... ada satu pengalaman lagi yang ingin saya share di sini, soal solidaritas tanpa batas.

Di dunia per-Ojol-an (begitu kami biasa menyebutnya). Solidaritas antar komunitas itu bisa dibilang hal mendasar dan harga mati yang harus dimiliki. Dan kami sudah mearasakannya, bukan sekedar cerita dari mulut ke mulut belaka. Salah satu contoh pada saat kami 8 (delapan) orang mewakili komunitas Gobers Purwakarta untuk turut gabung dalam Aksi 234 di Jakarta yang merupakan aksi damai menuntut kenaikan batas tarif minimum agar segera disesuaikan (walaupun hasil aksi 234 tersebut sampai saat ini masih belum jelas realisasinya).

Kami berangkat hari minggu, 22 April 2018 mengendarai 4 sepeda motor dengan 8 personel. Dan sebagaimana tradisi kordinasi dalam komunitas ojol, keberangkatan kami menuju Jakarta pun langsung dinaikkan ke WA group lintas daerah yang akan kami lalui. Namun karena keberangkatan kami sore hari, maka untuk acara sowan (silaturahmi) ke komunitas di lintas Purwakarta - Jakarta, kami berdelapan sepakat dilakukan esok harinya, yaitu di hari H dilanjutkan dengan perjalanan pulang. Selama perjalanan dengan rute start dari Purwakarta, Klari, Karawang, Cikarang, Bekasi dan finish Jakarta, kontak kordinasi per telepon sudah intens terhubung dengan mereka yang ada di unit-unit kordinasi dan pengawalan. Mereka yang nota bene belum saling mengenal ini semuanya menawarkan dan mengajak untuk disinggahi (sowan). Disamping itu mereka juga memberikan nomor-nomor kontak yang bisa dihubungi apabila diperlukan dalam aksi 234 tersebut.

Karena sebelumnya kami sudah berencana akan bermalam dulu di rumah salah satu rekan driver di daerah Jakarta yang kebetulan tidak begitu jauh dengan venue acara 234, maka kami pun langsung menuju alamat tersebut sesuai rencana.

Baru keesokan harinya, Senin sekitar jam 07.00 WIB sudah ada telepon dari sebuah komunitas ojol yang menghubungi kami menanyakan di mana posisi saat ini dan mereka mengundang kami untuk sowan sekaligus konvoy dari Base Camp mereka menuju ke tempat aksi 234. Benar saja hanya selang 10 menit, kami kedatangan tamu yang mengaku Korlap dari sebuah komunitas ojol dan ditugaskan untuk mendampingi Gobers selama turut aksi 234.

Pagi itu sebenarnya cuaca Jakarta mendung dan gerimis. Namun karena setelah beberapa saat menunggu tidak juga reda sedangkan hari mulai beranjak siang, maka kamipun berangkat menuju ke Base Camp rekan ojol tadi. Ternyata di BC sudah banyak rekan-rekannya menunggu kehadiran kami. Dan kamipun larut dalam keakraban dan kehangatan penyambutan rekan sesama ojol. Di BC yang cukup sederhana, yang menempel di sebuah warung kopi dengan tataruang yang seadanya dan bisa dikatakan kurang tertata rapi. Di dinding terpampang spanduk cukup lebar bertuliskan nama komunitas ojol tersebut. Setelah ngobrol-ngobrol tentang seputar per-ojolan sambil ngopi dan makan gorengan serta tak lupa bertukar pin komunitas sebagai tradisi wajib setiap komunitas yang sowan sebagai tanda bukti kami sudah saling berkordinasi dan mengunjungi, kamipun segera berpamitan untuk segera gabung menuju lokasi utama aksi 234.

Setelah masuk jalan raya, kami melihat banyak driver ojol yang sudah beratribut jaket hijau yang merupakan khas online dan sebagian lagi lengkap dengan rompi komunitas ojol masing-masing satu per satu mulai gabung konvoy menuju titik kumpul yang sudah ditentukan. Bendera, spanduk bertuliskan slogan-slogan dan tuntutan kepada pihak pemerintah dan aplikatorpun ramai berkibar-kibar dibawa kendaraan bermotor peserta aksi yang mulai padat merayap di jalanan.

Jakarta dalam sekejap berubah menjadi lautan hijau. Para driver ojol dari berbagai propinsi hadir meramaikan aksi 234 menuntut pihak pemerintah dan aplikator untuk menyesuaikan tarif minimum yang lebih manusiawi dari tarif saat ini yang relatif murah bila dibandingkan dengan tarif angkutan konvensional. Acara aksipun seperti biasanya menampilkan orator-orator dari beberapa komunitas, sementara itu juga ada perwakilan ojol yang bermediasi dengan pihak pemerintah untuk me-negosiasi-kan tuntutan kami. Yel-yel dan sorak-sorai dari peserta menambah meriahnya aksi 234 tersebut. Acara berlangsung hingga petang dan alhamdulillah berjalan aman dan lancar.

Setelah acara bubar, kamipun bersiap untuk perjalanan pulang. Sementara rekan komunitas yang sejak awal menjadi pendamping kami menawarkan diri agar kami kembali ke Purwakarta besok hari saja karena khawatir terlalu lelah setelah seharian mengikuti aksi. Mereka mau menculik (bahasa khas ojol yang berarti membawa) kami ke BC, tapi kami menolak karena sesuai rencana akan sowan ke komunitas-komunitas ojol yang kami lalui sepanjang perjalanan pulang. Akhirnya merekapun segera kontak dan menyerahkan kami ke komunitas lain untuk mengkondisikan pengawalan sampai ke BC selanjutnya.


Sungguh pengalaman yang luar biasa khususnya bagi saya yang belum pernah mengalaminya selama ini. Sepanjang perjalanan kami dikawal bagaikan tamu penting atau pejabat yang sedang mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah. Dengan sigapnya mereka mengawal konvoy kendaraan kami dari depan dan belakang. Tak segan-segan mereka melakukan buka-tutup jalan selama pengawalan. Dan lebih menariknya lagi mereka benar-benar menguasai medan, untuk menghindari kemacetan kami diarahkan melalui jalur-jalur tikus yang tentu saja tidak semua orang tahu. Sesampainya di BC tujuan, merekapun berserah-terima kordinasi untuk pengawalan ke BC tujuan selanjutnya. Begitu dan begitu terus sampai pengawalan di BC terakhir yang kami sowani.

Waktu tak terasa sudah menunjukan 01.15 WIB saat kami berpamitan pulang dari BC terakhir yang berlokasi di daerah Jakarta timur. Team pengawalan pun dengan sigap mengantar kami sampai wilayah yang benar-benar dianggap sebagai titik akhir pengawalan. Akhirnya kami "say goodbye" dan berterima kasih atas sambutannya yang luar biasa. Rasa haru dan senang sebagai satu keluarga besar komunitas online benar-benar terasa. Sebelum melepas rombongan kami, mereka masih meminta kami untuk share lokasi berjalan sebagai kontrol memastikan untuk kami dalam keadaan kondusif.

Nah itulah cerita pengalaman singkat saya sebagai driver ojol dengan suka-dukanya. Dan saya merasa bangga sebagai bagian dari komunitas Gobers Purwakarta karena saya telah menemukan banyak pelajaran berharga baik dalam pergaulan dan mencari nafkah di jalanan. Hikmah dari sebuah perjalanan di balik kerasnya hidup di atas aspal.











No comments:

Post a Comment