Percaya atau tidak, ini adalah kata-kata yang pernah kuucapkan di masa kecil dulu waktu aku bersama teman-teman, bercanda sambil bermain kata berandai-andai dan ternyata kini menjadi kenyataan...
Namaku Ade Sutrisna. Konon sebenarnya nama asalku itu Nana Sutrisna yang merupakan nama pemberian dari kakekku, Econ Karsan. Tapi karena waktu itu kondisi kesehatanku sering sakit-sakitan dan berdasarkan tradisi adat setempat apabila terjadi keadaan seperti ini agar terhindar dari segala bala atau ketidakberuntungan di kemudian hari maka keluargaku bersepakat menggantinya dengan nama baru, Ade Sutrisna. Jadi nama depan Nana diganti dengan Ade.
Aku dilahirkan pada hari Kamis tanggal 9 Januari 1969 di sebuah perkampungan dekat pesisir pantai utara, Kedungwungu. Daerah ini masih termasuk wilayah kabupaten Subang, Jawa Barat. Aku merupakan anak tunggal dari orang tuaku, Eman Sulaeman dan Taskinah.
Almarhum ayahku adalah mantan penjaga Sekolah Dasar di desa Gembongan, kabupaten Karawang. Sedangkan ibuku hanya sebagai ibu rumah tangga. Sepeninggal ayahku, ibuku menikah lagi dengan ayah tiriku, Warim. Dari pernikahannya dengan ayah tiriku, ibu dikaruniai 2 orang anak, 1 laki-laki dan 1 perempuan.
Bagiku tempat kelahiran adalah tempat yang paling bersejarah dalam hidup ini dan merupakan tanah leluhur yang menyimpan berjuta kenangan indah di masa kecil dulu. Tempat bermain dan bersuka-ria dengan teman - teman sebayaku hingga aku tumbuh dewasa dan kutinggalkan karena harus menuntut ilmu ke kota.
Aku meninggalkan kampung halaman setelah lulus dari SDN Hanura (Sekarang SDN Pinangsari) tahun 1982. Kemudian aku melajutkan ke SMPN 1 Sukamandi di kota kecamatan dan melajutkan ke SMT Pertanian Negeri Subang di kota kabupaten.
Masa kecilku sama dengan anak-anak kampung pada umumnya. Main petak umpet, mandi di sungai atau main perang-perangan di halaman rumah. Sedangkan kenangan masa kecil yang sampai saat ini tidak terlupakan adalah saat aku dan teman-temanku bermain kata yaitu dengan berandai-andai.
Suatu hari ketika aku dan teman-temanku sedang bermain seperti biasanya, dan waktu itu ada sekitar 4 orang masing-masing bilang:
"Kalau aku besar nanti ingin menjadi orang kaya" Kata Sarkim.
"Kalau aku ingin punya mobil dan duit yang banyak" Tarman menimpali.
"Aku ingin jadi pejabat" Lanjut Wasim.
"Aku sih ingin punya rumah yang bagus dan kaya raya" Sahut Darsa.
Dan akupun waktu itu bilang:
"Aku ingin menjadi orang hebat, bajuku berdasi dan gajihnya besar. Bisa keliling dunia naik pesawat terbang dan tak peduli kerjaku harus bersih-bersih kamar mandipun aku mau".
Nah sungguh tak disangka-sangka dengan berjalannya waktu ternyata setelah kurang lebih 20 tahun kemudian omonganku waktu kecil itu sakti dan benar-benar terjadi....
Aku pernah kerja di luar negeri. Gajihkupun dolar. Setiap kontrak kerja selama kurang lebih 15 tahun pergi-pulang dari satu negara ke negara lain selalu menggunakan pesawat terbang. Aku pernah bekerja di beberapa perusahaan kapal pesiar internasional berbendera Inggris, Jerman, Italia dan Belanda. Sayangnya posisiku hanya sebagai seorang Cabin Steward, kalau di hotel darat disebut juga Room Boy (Bagian kebersihan kamar tamu), sehingga walaupun baju seragamku berdasi tapi pekerjaanku beres-beres kamar tidur dan kamar mandi tamu. Mungkin ini kesalahanku waktu kecil dulu saat bermain kata berandai-andai. Kalau saja dahulu aku tidak berkata: "Bersih-bersih kamar mandipun aku mau"... Bisa jadi pekerjaanku lebih baik, hehehe,...
Tapi, sudahlah itu semua sudah terjadi dan kita sebagai manusia yang bergama wajib percaya bahwa Allah SWT adalah maha pengatur atas segalanya.
Roda kehidupan memang selalu berputar. Aku yang 3 tahun lalu selalu naik-turun pesawat dan berkeliling dunia sehingga hampir 70% luasnya pernah kujelajahi. Namun itu masa laluku, kini aku hanya mampu naik-turun sepeda motor menjelajahi perkampungan dan perumahan sambil mengantar penumpang ataupun barang karena aku saat ini cuma bekerja sebagai driver ojek online. Aku bersama isteri dan 3 orang anak-anakku sekarang tinggal di luar kota, Purwakarta yang tidak terlalu jauh dari tempat kelahiranku.
Di balik setiap peristiwa apapun yang kita alami pasti ada hikmah terkandung di dalamnya. Salah satu hikmah dari kenangan masa kecilku tersebut adalah mengingatkan kepada kita semua agar lebih berhati-hati dalam berkata sekalipun itu hanya berandai-andai atau bercanda. Kita tidak pernah tahu lewat mulut siapa dan kapan Tuhan mengabulkan keinginan-keinginan kita. Karena percayalah bahwa ucapan atau kata-kata yang kita ucapkan itu sesungguhnya adalah do'a.
Itulah sekilas tentang riwayat kehidupanku yang penuh dengan warna-warni melengkapi skenario dari Yang Maha Kuasa.
Namaku Ade Sutrisna. Konon sebenarnya nama asalku itu Nana Sutrisna yang merupakan nama pemberian dari kakekku, Econ Karsan. Tapi karena waktu itu kondisi kesehatanku sering sakit-sakitan dan berdasarkan tradisi adat setempat apabila terjadi keadaan seperti ini agar terhindar dari segala bala atau ketidakberuntungan di kemudian hari maka keluargaku bersepakat menggantinya dengan nama baru, Ade Sutrisna. Jadi nama depan Nana diganti dengan Ade.
Aku dilahirkan pada hari Kamis tanggal 9 Januari 1969 di sebuah perkampungan dekat pesisir pantai utara, Kedungwungu. Daerah ini masih termasuk wilayah kabupaten Subang, Jawa Barat. Aku merupakan anak tunggal dari orang tuaku, Eman Sulaeman dan Taskinah.
Almarhum ayahku adalah mantan penjaga Sekolah Dasar di desa Gembongan, kabupaten Karawang. Sedangkan ibuku hanya sebagai ibu rumah tangga. Sepeninggal ayahku, ibuku menikah lagi dengan ayah tiriku, Warim. Dari pernikahannya dengan ayah tiriku, ibu dikaruniai 2 orang anak, 1 laki-laki dan 1 perempuan.
Bagiku tempat kelahiran adalah tempat yang paling bersejarah dalam hidup ini dan merupakan tanah leluhur yang menyimpan berjuta kenangan indah di masa kecil dulu. Tempat bermain dan bersuka-ria dengan teman - teman sebayaku hingga aku tumbuh dewasa dan kutinggalkan karena harus menuntut ilmu ke kota.
Aku meninggalkan kampung halaman setelah lulus dari SDN Hanura (Sekarang SDN Pinangsari) tahun 1982. Kemudian aku melajutkan ke SMPN 1 Sukamandi di kota kecamatan dan melajutkan ke SMT Pertanian Negeri Subang di kota kabupaten.
Masa kecilku sama dengan anak-anak kampung pada umumnya. Main petak umpet, mandi di sungai atau main perang-perangan di halaman rumah. Sedangkan kenangan masa kecil yang sampai saat ini tidak terlupakan adalah saat aku dan teman-temanku bermain kata yaitu dengan berandai-andai.
Suatu hari ketika aku dan teman-temanku sedang bermain seperti biasanya, dan waktu itu ada sekitar 4 orang masing-masing bilang:
"Kalau aku besar nanti ingin menjadi orang kaya" Kata Sarkim.
"Kalau aku ingin punya mobil dan duit yang banyak" Tarman menimpali.
"Aku ingin jadi pejabat" Lanjut Wasim.
"Aku sih ingin punya rumah yang bagus dan kaya raya" Sahut Darsa.
Dan akupun waktu itu bilang:
"Aku ingin menjadi orang hebat, bajuku berdasi dan gajihnya besar. Bisa keliling dunia naik pesawat terbang dan tak peduli kerjaku harus bersih-bersih kamar mandipun aku mau".
Nah sungguh tak disangka-sangka dengan berjalannya waktu ternyata setelah kurang lebih 20 tahun kemudian omonganku waktu kecil itu sakti dan benar-benar terjadi....
Aku pernah kerja di luar negeri. Gajihkupun dolar. Setiap kontrak kerja selama kurang lebih 15 tahun pergi-pulang dari satu negara ke negara lain selalu menggunakan pesawat terbang. Aku pernah bekerja di beberapa perusahaan kapal pesiar internasional berbendera Inggris, Jerman, Italia dan Belanda. Sayangnya posisiku hanya sebagai seorang Cabin Steward, kalau di hotel darat disebut juga Room Boy (Bagian kebersihan kamar tamu), sehingga walaupun baju seragamku berdasi tapi pekerjaanku beres-beres kamar tidur dan kamar mandi tamu. Mungkin ini kesalahanku waktu kecil dulu saat bermain kata berandai-andai. Kalau saja dahulu aku tidak berkata: "Bersih-bersih kamar mandipun aku mau"... Bisa jadi pekerjaanku lebih baik, hehehe,...
Tapi, sudahlah itu semua sudah terjadi dan kita sebagai manusia yang bergama wajib percaya bahwa Allah SWT adalah maha pengatur atas segalanya.
Roda kehidupan memang selalu berputar. Aku yang 3 tahun lalu selalu naik-turun pesawat dan berkeliling dunia sehingga hampir 70% luasnya pernah kujelajahi. Namun itu masa laluku, kini aku hanya mampu naik-turun sepeda motor menjelajahi perkampungan dan perumahan sambil mengantar penumpang ataupun barang karena aku saat ini cuma bekerja sebagai driver ojek online. Aku bersama isteri dan 3 orang anak-anakku sekarang tinggal di luar kota, Purwakarta yang tidak terlalu jauh dari tempat kelahiranku.
Di balik setiap peristiwa apapun yang kita alami pasti ada hikmah terkandung di dalamnya. Salah satu hikmah dari kenangan masa kecilku tersebut adalah mengingatkan kepada kita semua agar lebih berhati-hati dalam berkata sekalipun itu hanya berandai-andai atau bercanda. Kita tidak pernah tahu lewat mulut siapa dan kapan Tuhan mengabulkan keinginan-keinginan kita. Karena percayalah bahwa ucapan atau kata-kata yang kita ucapkan itu sesungguhnya adalah do'a.
Itulah sekilas tentang riwayat kehidupanku yang penuh dengan warna-warni melengkapi skenario dari Yang Maha Kuasa.
No comments:
Post a Comment